Sungai demam Karang lekang Pasir pecah pelan-pelan
Gurun mengerang: Babilon! Defile berjalan
Lalu Tuhan memberi mereka bumi Tuhan memberi mereka nabi
Antara sejarah dan sawah hama dan Hammurabi
Setelah itu, kita tak akan di sini
Kau dengarkah angin ngakak malam-malam ketika bulan seperti susu yang tertikam ketika mereka memperkosa Mesopotomia?
Seorang anak berlari, dan seperti dulu ia pun mencari-cari kemah di antara pohon-pohon tufah
Jangan menangis.
Belas adalah Iblis karena Tuhan telah menitahkan airmata jadi magma, bara yang diterbangkan bersama belibis, burung-burung sungai yang akan melempar pasukan revolusi dengan besi dan api "Ababil! Ababil!" mereka akan berteriak. Bumi perang sabil.
Karena itulah, mullah, jubah ini selalu kita cuci dalam darah di tebing Tigris yang kalah Dari Najaf ada gurun. Kita sebrangi dengan geram dan racun. Dan tiba di Kerbala akan kita temui pembunuhan yang lebih purba.
(Ibuku. Seandainya kau tahu kami adalah anak-anakmu)
1986
dikutip dari: Asmaradana, Grasindo, 1992
Dicatat oleh fuddyduddy, Jam 12:08 PM |
Hadir dari sajak-sajak tercecer, kemudian kami kemas sebagai catatan-catatan
duplikat hati yang acap kali meraung menyuarakan irama-irama kebebasan,
kesefahaman, penolakan, penyesalan, kritik, keindahan dan romantisme. mungkin hanya rangkaian
huruf-huruf setengah jadi, namun izinkanlah ianya dinamai sebagai sajak. Hanya untuk menjembatani inspirasi-inpirasi terpasung, sangat sayang jika sekedar tertoreh di atas
lembaran kertas-kertas usang.