Dari Putra-Putrimu di Luar Negeri
Puisi MTB
Ibu,
Apakah aku harus ke sini? Untuk apa aku di sini?
Mengapa aku harus lari dari negeriku, demi sebuah gelar dan pengetahuan?
Negeriku sedang sakit apa Bu? Bagaimana keadaannya sekarang?
Apakah negeriku sedang sakit yang sebegitu parah, hingga perlu istirahat panjang berabad-abad?
Di mana negeriku dirawat Bu? Aku ingin menjenguknya. Ingin sekali menjenguknya.
Siapa sajakah yang merawatnya Bu? Siapa saja?
Siapa yang menyediakan makan dan minum untuknya?
Siapa juga yang bersedia memberi obat demi kesembuhannya Bu?
Ibu?
Kapan negeriku akan sembuh? Kapan Bu?
Aku sudah rindu dengan senyumnya. Aku sangat rindu dengan belaian dan kasih sayangnya.
Ibu,
Aku baru saja mendengar kabar tentang negeriku dan negerimu
kabarnya Tanah Airku dan Tanah Airmu telah kehilangan tanah dan airnya,
kabarnya Tumpah Darahku dan Tumpah Darahmu tak henti-hentinya menumpahkan darah,
kabarnya Negeri Ketuhananku dan Negeri Ketuhananmu telah melupakan Tuhannya,
kabarnya Bangsaku dan Bangsamu yang ramah-tamah itu telah mulai pongah dan serakah,
kabarnya Negeri Kepulauanku dan Negeri Kepulauanmu itu telah mulai ditinggalkan pulau-pulaunya,
kabarnya Ibu pertiwiku sekarang sendirian, kesepian, kebingungan, dan sakit-sakitan.
Benarkah semua itu Bu?
Ibu,
Putra-putrimu di sini sedang berkecil hati
Melihat Ibu berduka cita
Ibu,
Maafkan aku
Putra-putrimu di sini sering melupakanmu
Kairo, 21/10/07
(menjelang subuh)